Posted by : San Jumat, 24 Mei 2013

Cinta dan Kasih adalah dua buah luapan emosi yang (kalau menurut saya) definisinya tidak akan ada yang pernah tepat. Bukan berarti maksud saya tidak ada yang benar. Justru karena setiap orang mendefinisikannya sesuai dengan kisah hidupnya, sehingga definisi mereka tepat untuk diterapkan dalam kehidupan mereka, tapi belum tentu tepat dalam pola pikir dan kehidupan orang lain.
Dalam era modern ini, tidak jarang orang yang berpikiran bahwa definisi Cinta itu sesederhana nafsu secara syahwat, seks, atau mungkin sebuah daya sensualitas. Sama hal-nya dengan definisi Kasih. Sesederhana arti “Memberi”. Bukan menjadi suatu kata yang spesial. Bukan menjadi suatu kata yang mendebarkan hati mereka.




Untuk definisi Cinta, saya akan coba mengutip dari kamus umum Bahasa Indonesia karya W.J.S Poerwadarminta. Menurut beliau, Cinta adalah rasa sangat suka atau sayang atau rasa sangat tertarik hatinya. Sedangkan Kasih adalah perasaan saying atau belas kasih kepada seseorang atau sesuatu. Sehingga definisi Cinta dan Kasih dalam hal ini sangat beda tipis. Namun, kasih seolah memperkuat rasa Cinta.
Tapi menurut saya, Cinta dan Kasih adalah dua hal yang berbeda namun satu tujuan. Tujuannya adalah bersamanya. Dalam arti kata, bersamanya dengan sesuatu yang dia cintai. Perasaan ingin berbagi. Perasaan saling nyaman. Perasaan bahagia jika kita bersamanya, dan kita juga berusaha membuatnya bahagia.
Kasih tanpa Cinta saya ibaratkan seperti perahu di sebuah Telaga. Tidak akan pergi jika kita tidak mendayungnya. Tanpa arah dan tujuan. Meskipun berada di dalam hamparan hutan dan gunung yang indah, namun dia terjebak. Disebut perahu hanya karena dia mampu mengambang di atas air. Disebut kasih/mengasihi hanya karena dia mencoba berbagi materi, tanpa emosi.
Cinta tanpa Kasih ibarat perahu di sebuah sungai. Ada arah yang menjadi alas an untuk kita mendayung. Jika arusnya cukup, kita tidak perlu mendayung. Namun terkadang kita menemui arus yang kuat dan cukup berbahaya, sehingga kita harus bertahan, mencoba bekerja sama dengan rekan satu perahu kita. Mungkin saja, kita akan kehilangan rekan ketika kita berhasil mencapai arus tersebut. Meskipun memiliki arah dan arus, pemandangan sepanjang sungai terkesan statis. Mungkin hanya hamparan rumput, atau pohon yang menjadi tembok penghalang kita untuk melihat ke daratan. Tak jarang kita merasa tersesat ataupun bosan dan memutuskan untuk berhenti. Sama hal-nya dengan Cinta. Jika yang kita lakukan hanyalah mengikuti luapan perasaan cinta kita, sama saja seperti perahu yang berjalan mengikuti arus. Kita akan merasa cepat bosan dan akhirnya berhenti di tengah perjalanan. Jika kita mencoba mengeluarkan semuanya tanpa tahu caranya, kita sama saja seperti mendayung perahu sepanjang sungai. Hanya akan membuat kita lelah, Karena sungainya terlalu panjang. Jika kita memendamnya, kita sama saja seperti bertarung dengan arus yang deras, yang jeram, tanpa dayung. Kita akan hanyut, perahu kita akan hancur, dan kita akan kehilangan rekan, atau mungkin diri kita sendiri.
Namun, Cinta dengan Kasih….. Ibarat sebuah kapal di lautan.Memang, laut begitu luas. Tapi kita tidak perlu takut. Karena kita Bersamanya. Pandangan kita tidak terbatas. Kita dapat memilih dan menentukan kemana kita pergi. Apakah kita akan menggunakan baling-baling untuk pergi sesuka hati kita, mengikuti arah angina, ataukah mengikut arus air laut. Setiap pagi kita melihat matahari terbit yang mempesona, setiap sore kita melihat matahari terbenam yang memukau. Meskipun terkadang kita tersesat ataupun diterjang badai.
Jika kita mencintai, kita akan mengasihi. Karena alasan kita mengasihi adalah karena kita Cinta. Banyak wujud dan simbol dari Cinta Kasih yang ada dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari. Misalnya, di Negara barat setiap tanggal 28 November adalah hari Thanksgiving, suatu hari dimana kita memberikan hadiah kepada seseorang siapapun itu sebagai wujud kedekatan dan keakraban mereka dengan seseorang yang mereka cintai. Pada hari itu seolah semua orang berkata “Terima kasih sudah menjadi bagian dari hidupku”. Begitu juga pada tanggal 14 Februari sebagai hari valentine, dimana semua pasangan memberikan coklat kepada yang di cintainya.
Masih banyak lagi, seperti, seorang pria yang rela berkorban demi wanita yang di cintainya, Mahar/Mas kawin yang diberikan di pelaminan saat hendak mengikat janji setia, Bulan Madu, Ibu yang menyusui ayahnya, Ayah yang mencari nafkah, dan sebagainya.
Cinta dan Kasih, harus di pelihara, karena Cinta dan Kasih adalah Anugerah dari Allah SWT. Kita dapat menjaganya dengan kemesraan, keintiman, dan ketertarikan satu sama lain.



CInta dan Kasih tidak perlu di ucap dari mulut, meskipun jika terucap, mungkin akan lebih indah. Namun terkadang ada batas yang harus di perhatikan. Batas ini bisa dari norma susila, maupun Agama. Seperti dimisalkan dalam Islam. seorang akhwat dan ikhwan tidak boleh berpacaran. Namun jika memang sudah saling cinta, mereka tidak perlu menyatakannya. Hanya bahasa tubuh yang berbicara. Misalnya sang akhwat yang mencoba perhatian dengan ikhwannya, maupun sang ikhwan yang berusaha mencari nafkah untuk menghalalkan hubungannya dengan pujaan hati.

Buku MKDU : ILMU BUDAYA DASAR karangan Widyo Nugroho dan Achmad Muchji, Universitas Gunadarma

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Blogger templates

Blog Archive

ReeCoder. Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Gunadarma Headline News

Me on Google+

- Copyright © Ree San -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -